Setelah tiket pesawat sudah di tangan maka selanjutnya adalah melakukan perjalanan. Yeah, 3 hari 2 malam memang sangat singkat untuk sebuah perjalanan yang jauh. Seandainya ada penerbangan langsung dari kota Medan menuju Pontianak yang murah pasti tidak perlu ambil penerbangan dari Kuala Lumpur. So, selama perjalanan 3 hari 2 malam di Pontianak, ngapain aja donk? Simak terus yuk keseruan aktivitas selama disana, sebelumnya boleh baca juga tempat wisata sejarah di Pontianak yang wajib dikunjungi.
Saat itu, saya tiba di Supadio Int. Airport sekitar pukul 18.10 waktu setempat. Setelah semua urusan imigrasi dan lainnya selesai maka saya dan Lydia langsung menuju The Colour Hostel. Perjalanan menuju penginapan tidak terlalu jauh dengan mengendarai sepeda motor. Awal tiba di hostel mungkin terasa asing karena ini memang pertama kalinya menginjakkan kaki di kota Pontianak. Staf hostel menyambut dengan ramah dan sedikit obrolan terjadi malam itu. Saya langsung menuju kamar ketika semua urusan check in selesai karena ingin segera bersiap-siap berkeliling di malam hari.
Menikmati Makan Malam Mie Tiaw Apollo
Lydia membawa saya untuk menyantap sajian menu mie tiaw dari Apollo yang terkenal di kota Pontianak. Saya heran ketika melihat ada dua mie tiaw dengan nama yang mirip namun tak sama. Keduanya memiliki taglilne yang berbeda meskipun setelah saya ketahui bahwa resto satunya adalah karyawan yang sudah resign dari Apollo dan membuka usaha sendiri.
Lokasi mie tiaw Apollo ini berada di daerah kota sehingga sudah pasti sangat ramai di sekitarnya. Alamat mie tiaw Apollo di Jalan Patimura No 63 Darat Sekip, Kec Pontianak Kota, Pontianak, Kalimantan Barat 78243. Kawan melalak cantik bisa datang setiap hari kesini mulai pukul 14.30 s/d 01.00.
Nongkrong Bersama Warga Lokal Nikmati Es Kacang Hijau
Lydia membawa saya berkeliling kota di malam hari, terlihat suasana sangat ramai terutama di seputaran Gajah Mada yang penuh dengan warung kopi. Saya melihat bahwa warga Pontianak ini memang sangat menyukai kegiatan kumpul-kumpul sambl mengobrol dan menikmati kopi. Hanya saja, malam itu saya tidak minum kopi karena Lydia menawarkan minuman yang lebih segar. Yeah, ada tempat minum es kacang hijau yang ramai dipenuhi warga lokal di pinggir jalan. Aku pun teringat suasana ketika di Jogja dimana ramainya angkringan pinggir jalan.
Penjual es kacang hijau ini hanya menggunakan gerobak yang kemudian minumannya dikemas dalam cangkir plastik kemudian ditutup bagian atasnya seperti biasa jus 5000 yang ada di Medan. Hmmm, tidak hanya menyajikan es kacang hijau, tersedia juga air tahu dan minuman lainnya. Malam itu, saya memilih sari es kacang hijau yang rasanya lezat dan menyegarkan di tenggorokan. Harga untuk satu cup minuman sekitar Rp.5000,-. Malam itu Lydia mentraktirku untuk seporsi mie tiaw, teh manis dingin dan juga es kacang hijau. Uh baiknya ketemu warga lokal yang sudah mengajak keliling kota sekaligus ditraktir. Aku pun merasakan bahwa inilah karakter bangsa Indonesia yang baik dan ramah serta saling peduli satu sama lain.
Melihat Suasana STQ Nasional XXV di Pontianak
Saat kami berkeliling kota, saya melihat keramaian warga lokal yang mengendarai sepeda motor dan mobil berlalu lalang. Saya pun bertanya kepada Lydia kenapa ramai sekali masyarakat yang keluar rumah malam itu. Ternyata memang sedang ada penyelenggaraan STQ (Seleksi Tilawatil Quran) Nasional XXV di Pontianak dan akan segera dilakukan penutupan keesokan harinya. Event ini diselenggarakan di Alun-alun Sungai Kapuas sehingga tampak ratusan atau bahkan ribuan orang yang memenuhi lokasi tersebut.
Saya dan Lydia pun bingung memakirkan sepeda motor karena sudah pasti penuh dan nantinya akan kesulitan keluar dari lokasi event. Ide untuk meletakkan kereta jauh dari lokasi event adalah keputusan yang tepat. Sebuah mall yang menyediakan parkir di pinggir jalan menjadi pilihan Lydia dan kami pun berjalan menuju Alun-alun Kapuas. Malam itu sungguh ramai, asap kendaraan sudah pasti terasa dan suara klakson pun kedengaran dimana-mana.
Alun-alun pun dipenuhi oleh beranekaragam manusia dari berbagai daerah karena ini memang dari seluruh Indonesia. Saya melihat banyak stand dari provinsi di Indonesia, tempat asal saya provinsi Sumatera Utara pun juga ada pastinya. Malam itu, saya tergiur untuk membeli bros jilbab yang dijajakan oleh abang-abang dengan harga murah hanya Rp.10.000 dan bisa mendapatkan 3 variasi. Yeah, penjual tersebut pun makin ramai diserbu oleh ibu-ibu bahkan masih ada yang menawar padahal sudah dikasi harga yang murah.
Kembali ke Hostel, Tidur Indah Menyiapkan Energi
Semakin malam tentunya makin lelah dan ngantuk apalagi saya memang sudah penuh kegiatan selama di Kuala Lumpur. Sekitar pukul 22.00, saya dan Lydia memutuskan untuk kembali ke The Colour Hostel. Tempat tinggal Lydia memang tidak terlalu jauh katanya, hanya saja sudah malam tentu tetap harus berhati-hati. Saya pun mengucapkan banyak terima kasih karena malam pertama tiba di Pontianak sudah bisa menikmati kuliner lezat dan melihat aktivitas warga lokal yang nongkrong malam hari. Sssssssssstttt, kawan melalak cantik tetap harus tungguin cerita di hari berikutnya yah karena masih banyak keseruan lainnya di Pontianak.