Pentingnya Penanggulangan Bencana Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas

by - November 30, 2022

 Akhir-akhir ini kita sedang banyak membaca informasi mengenai bencana alam. Tentunya bencana tidak bisa kita tolak karena bahkan kehadirannya pun tanpa diundang. Siapapun dan dimanapun bisa saja mendapat bencana yang tentunya tidak seorang pun mengharapkan kedatangannya.

Jika sebagai manusia yang normal lengkap dengan segala anggota tubuh yang dimiliki, lalu bagaimana untuk sanak saudara kita lainnya yang kurang beruntung? Mari kita simak hasil obrolan menarik KBR dalam Ruang Publik KBR bersama para narasumber.



Diskusi Ruang Publik KBR

Bincang live dilaksanakan pada Selasa, 29 November 2022 secara streaming. Obrolan live tersebut diadakan oleh Ruang KBR dan NLR Indonesia yang dipandu oleh Rizal Wijaya. Dalam acara diskusi turut hadir pula narasumber Drs. Pangarso Suryotomo selaku Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB dan Bejo Riyanto, Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA) serta ada juga obrolan bersama disabilitas yang sudah terdampak bencana.




Topik obrolan kali ini sangat menarik karena membahas isu-isu terkini seputar penanggulangan bencana. Oleh karena itu, tema kali ini yang diangkat adalah Penanggulangan Bencana Inklusif Bagi OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) dan Penyandang Disabilitas.

Pada obrolan pertama dimulai dari diskusi yang diceritakan oleh Bejo Riyanto selaku ketua Pelita. Kita yang pemilik tubuh lengkap saja suka masih kebingungan ketika terjadi bencana apalagi para disabel dimana perlu berjuang untuk menggerakkan anggota tubuh lain ketika bencana sedang terjadi.

Bejo Riyanto, Ketua PELITA yang tinggal di Bantul mengatakan bahwa ia memiliki pengalaman ketika gempa Jogja yang pernah terjadi pada 2006 lalu. Guncangan gempa yang sangat kuat dan dahsyat pada saat itu sempat sampai membuat tubuh Bejo terlempar.

Sebagaimana diketahui bahwa bencana memang bisa saja datang tanpa terduga. Begitu pula dengan Mas Bejo yang ketika gempa terjadi justru sedang mengunci rumahnya. Padahal selama ini ia memang tidak pernah mengunci pintu rumahnya.






Dalam menanggulangi bencana tentunya perlu keterlibatan semua pihak. Saling tolong menolong adalah kunci agar siapapun yang terdampak bencana bisa tertolong termasuk para OYPMK dan penyandang disabilitas.

Agar kerugian yang dirasakan saat terjadinya bencana alam bisa diminimalisir maka perlu sekali untuk menyiapkan dan merumuskan SOP (Standar Operasional Prosedur) mengenai mitigasi bencana bagi OYMPK dan penyandang disabilitas. Untuk itu perlu sekali semua pihak yang berwenang dan terkait untuk saling bekerjasama termasuk di dalamnya sektor formal dan non formal serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Pastinya semua korban bencana ingin diberlakukan sama dan setara, dalam menolong ketika terjadinya bencana pun tidak ada perbedaan sehingga semua bisa sama-sama terbantu. Para disabel ingin bisa merasakan bantuan yang sama apalagi dengan kondisi yang mereka alami.

Selain Ketua Pelita, Mas Bejo, turut hadir pula sebagai narasumber dalam obrolan kali ini yaitu Pak Papang. Itu adalah sapaan untuk Drs. Pangarso Suryotomo, ia menyatakan bahwa sesuai dengan Perka BNPB 14 tahun 2014 bahwa disabilitas sebenarnya memiliki 3P dalam Penanggulangan Bencana (PB) yaitu Pertolongan, Partisipasi dan Perlindungan.

Namun hal ini sepertinya belum seperti itu yang terjadi di lapangan. Setiap korban yang berhak mendapatkan pertolongan artinya setiap orang termasuk disabilitas berhak memperoleh pertolongan yang sama.
Sebenarnya dalam hal ini setiap orang disabilitas tidak ingin dijadikan objek. Mereka tetap ingin diperlakukan sebagai subjek yang juga memiliki peran dalam penanganan bencana. Bisa kita ambil contoh ketika melakukan pendekatan secara emosi kepada korban terdampak yang harus kehilangan anggota tubuhnya.

Pastinya ada banyak perubahan yang terjadi tentu harus bisa membimbing, mengarahkan, lakukan pendekatan agar memiliki rasa yang lebih nyaman dan tenang ketika kondisi itu terjadi pada mereka. Apakah teman-teman juga ingin turut andil membantu para korban bencana khususnya para OYPMK dan penyandang disabilitas.

Mengenal Aplikasi InaRISK


Warga juga diimbau untuk turut menginstal aplikasi InaRISK Personal yang dihadirkan oleh BNPB dengan dukungan dari ESDM, Kementerian PU-Peram dan BMKG serta lembaga lain.

Aplikasi InaRISK merupakan aplikasi yang berisikan informasi tingkat bahaya suatu wilayah dan dilengkapi dengan rekomendasi aksi untuk melakukan antisipasinya secara partisipatif. 

Aplikasi ini terus dikembangkan dan berevolusi untuk memenuhi kebutuhan pembaharuan data, informasi dan metedologi yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. 

Harapannya, kehadiran aplikasi ini dapat mewujudkan bangsa Indonesia menjadi tangguh menghadapi bencana.













You May Also Like

0 Comments

Hai, Kawan Melalak Cantik. Berbagi Cerita Disini,yhaa.