Pernahkah kawan-kawan melalak cantik menjelajahi desa wisata? Apa yang paling kamu inginkan saat berada di lokasi tersebut? Mungkin beberapa dari kawan-kawan sudah biasa nikmati suasana sejuk kawasan Brastagi maupun Kabanjahe. Tetapi, pasti masih banyak yang belum coba mengunjungi langsung kawasan Desa Wisata Lingga yang mana kaya akan budaya dan sejarah.
Sebelumnya saya sudah pernah melakukan perjalanan ke Desa Lingga sekitar tahun 2010 bersama kawan-kawan di Pers Mahasiswa Teropong UMSU. Kegiatan yang dilaksanakan bernama Eksplorasi Budaya sehingga ada banyak pengetahuan dan pengalaman baru diperoleh saat berada di desa tersebut. Hal paling menakjubkan untuk saya adalah ketika melihat plakat yang kami bawa pada saat itu masih ada di Museum Karo Lingga.
Menjelajahi kawasan Desa Lingga ini memang tidak asik jika hanya sehari saja namun bukan berarti tidak bisa donk. Pada tahun 2010 lalu, saya dan teman seperjalanan menghabiskan waktu sekitar seminggu berada di rumah warga lokal. Nah, ketika famtrip bersama Astra yang diselenggarakan oleh KBA Lingga hanya sekitar setengah hari saja. Sstt, kegiatan yang dirasakan tetap menyenangkan dan selalu ada saja hal baru yang didapatkan.
Awal Mula Perjalanan
Seluruh undangan yang berangkat dari Medan berkumpul di Fakultas Ilmu Budaya USU. Saya pun mengajak dua orang teman berhubung diberikan dua slot kosong oleh penyelenggara. Kami pun semua berkumpul di depan kampus hingga akhirnya berangkat bersama dengan mobil yang sudah disediakan oleh pihak Astra.
Sekitar pukul 6 pagi sudah berada di depan kampus dengan suasana masih gelap dan tak ada seorang pun yang tiba disana. Syukurnya saya bersama seorang teman sehingga tidak terlalu menyeramkan. Hingga pukul 7 pagi baru berangkat menuju Kabanjahe dengan beragam drama yang muncul dari para peserta undangan di titik kumpul itu.
Selama perjalanan, saya hanya memfokuskan untuk menikmati suasana sepanjang jalan saja. Melihat aktifitas warga masyarakat di pagi hari yang tentu lebih menarik daripada mendengarkan hal-hal yang tidak baik lainnya.
Sudah sekian lama tidak melakukan perjalanan ke kawasan atas atau bisa dibilang area pegunungann. Trip kali ini menjadi moment yang asik bisa berpergian lagi setelah sekian lama tidak kesana. Efek bangun terlalu pagi, saya pun tidur sesekali karena sudah mengantuk. Beragam suara orang yang mengobrol pun sudah tidak terdengar lagi.
Tiba di Desa Lingga
Saat turun mobil, saya langsung melihat beberapa orang yang memakai pakaian seragam dan bisa ditelaah langsung bahwa mereka adalah pegawai dari Astra. Semua penumpang mobil yang dari medan pun turun dan mulai berbicara dengan yang lainnya. Saya pun mengambil posisi duduk di pinggir selokan hingga akhirnya disapa oleh seorang staff Astra. Kami pun memulai obrolan singkat untuk saling menyapa dan mengenal.
Acara sudah mau dimulai, kami diarahkan menuju rumah adat tradisional atau juga dikenal Siwaluh Jabu. Bangunan yang memiliki nilai tinggi dengan cerita sejarah dan budayanya. Alunan musik Karo dan beberapa penari menggerakkan tubuh mengikuti iringan musik menambah suasana semakin semarak.
Para tamu undangan pun ikut menggerakkan tangan dan badan sambil senyum serta menyapa warga kampung. Para ketua adat dan orang-orang penting di desa sudah berdiri di depan Siwaluh Jabu untuk menyambut yang hadir. Acara pun dibuka oleh MC dimana ada beberapa sambutan dari ketua adat setempat dan perwakilan dari pihak Astra.
Selanjutnya kami pun diajak masuk untuk melihat langsung isi dari rumah adat. Berhubung saya sudah pernah sebelumnya maka tidak terlalu excited. Meskipun begitu, tetap ada rasa senang karena sudah sekian lama tidak datang kesana lagi.
Memasuki Siwaluh Jabu
Satu persatu para tamu undangan sudah masuk ke Siwaluh Jabu. Ruangan gelap hanya ada sedikit pencahayaan. Ketika berada di dalam sudah ramai dengan anak-anak muda yang juga sedang menyiapkan sajian kuliner khas untuk tamu.
Saya bersama kawan-kawan blogger memilih untuk duduk saja di dekat pintu agar memudahkan juga saat ingin keluar nantinya. Bulang asik memberikan penjelasan tentang rumah adat ini baik dari sejarahnya hingga konstruksinya yang kuat.
Tidak lama kemudian, makanan pun disajikan dalam bentuk kue khas yaitu cimpa. Sebelumnya saya pernah menyicipinya dan memang enak dengan rasa gula merah yang manis. Kali ini ada yang baru dicobain yaitu cimpa tuang yang bentuknya sih mirip serabi, hanya saja ini berwarna gelap karena ada campuran gula merah. Oh ya, cimpa yang pakai daun itu dinamakan cimpa unung-unung ya,gaes.
Memasuki Museum Karo Lingga
Dikarenakan hujan, kami pun berlarian mencari tempat perlindungan setelah keluar dari Siwaluh Jabu. Padahal seharusnya masih ada aktifitas menyenangkan lainnya, hanya saja tidak jadi terlaksana. Kami pun langsung menuju Museum Karo Lingga.
Saya tidak menyangka ketika melihat plakat yang dibawa pada tahun 2010 masih terpajang manis di atas meja di dalam musem tersebut. Sonya selaku penanggungjawab event banyak menjelaskan tentang musem karena ia memang sudah cukup lama berada di Desa Lingga sehingga mengetahui lebih banyak.
Beragam benda-benda di dalam museum memang tampak tidak terawat dan kurang dikunjungi karena abu menempel di benda-benda tersebut. Saat memasuki museumnya bisa langsung merasakan bahwa jarang dimasuki orang-orang sehingga tampak kotor dan kurang perawatan.
Makan Siang View Serba Hijau
Sebagai orang yang lebih banyak tinggal di kota maka pemandangan serba hijau ini sangat mahal dan berharga. Bisa nikmati udara sejuk dengan suara daun-daun terbawa angin menjadikan makan siang lebih menyenangkan.
Kami disajikan masakan ayam dan sayuran daun ubi yang dihancurkan. Kenapa saya tidak bilang dihaluskan? Karena memang tidak halus sih dan rasanya sedikit tidak cocok di lidah, mungkin karena aroma kincong yang begitu kuat menusuk hidung.
Says bersama kawan blogger memang terbiasa makan dengan tambahan sambal sehingga kami akan kritis ketika rasa makanan kurang pedas
. Syukurnya kami pun disajikan sambal yang menjadikan makan semakin nikmat. Panitia memang keren sudah menyiapkan tempat menarik di lantai 2 begini.
Sharing Session
Selesai makan tentu tidak langsung pulang, ada sharing session terlebih dahulu. Kami membagikan kesan dan pesan agar panitia bisa menyiapkan kegiatan yang lebih keren ke depannya. Oh ya, sebelum makan tadi, kami pun diajak menari bersama karena ada iringan musik tradisional dan beberapa penari lokal juga.
Sharing session ini berlangsung cukup lama karena ada banyak tamu yang mengemukakan ide dan gagasan agar menjadikan program ini lebih baik dan tentu bisa mengajak lebih banyak lagi orang-orang berkunjung ke Desa Lingga serta sukses menjadi desa wisata.
Acara Penutupan
Perut sudah terisi, keakraban pun mulai terjalin baik maka inilah waktunya berpisah. Kami harus kembali ke Medan dan acara pun selesai. Tetapi, kami tidak langsung pergi begitu saja karena masih ada acara penutupan yang disajikan oleh panitia. Penampilan dari anak muda lokal yang menceritakan kisah pada masa lalu sambil menggunakan propertinya juga di depan makam.
Overall, perjalanan ini menyenangkan meskipun sangat singkat bahkan tidak sampai seharian penuh. Hanya beberapa jam tetapi sudah dikonsep cukup baik oleh panitianya. Semoga ke depannya lebih baik dan bisa diajak liburan lagi donk.