Pariwisata PakPak Bharat, adakah kamu yang pernah mencari kata kunci "Pariwisata PakPak Bharat" tersebut di mesin pencarian seperti google, yahoo maupun lainnya? Menurut pendapat saya, tidak banyak yang mencari tahu dan bahkan belum kenal dengan kabupaten PakPak Bharat tersebut.
Pemerintah kabupaten pun sepertinya belum siap mempublikasi kondisi pariwisata PakPak Bharat maka tidak salah jika wisatawan baik lokal maupun mancanegara belum mengenal termasuk masyarakat Sumatera Utara sendiri.
Menurut saya, pemerintah kabupaten beserta dinas-dinas terkait sudah saatnya mulai memperbaiki hal-hal terkait pariwisata PakPak Bharat apalagi era milenial seperti sekarang ini, informasi semakin mudah didapatkan dan disebarkan. Ah, sudahlah, saya hanya ingin mengajak kamu bersenang-senang di PakPak Bharat. Ayo kita ke PakPak Bharat, menikmati dan mensyukuri ciptaan Tuhan dalam balutan keindahan alam.
Memulai Perjalanan
Liburan singkat memang tidak pernah saya lewatkan begitu saja, meskipun hanya memiliki jatah libur sehari, dua hari pasti saya manfaatkan untuk mencari pengalaman baru dari mana saja. Petualangan ke PakPak Bharat dimulai tepat pada tanggal 30 April 2017 lalu. Liburan hari minggu dan senin kali ini saya manfaatkan untuk berpetualang ke kabupaten yang masih belum terlalu familiar oleh beberapa masyakarat kota Medan, hal itu terbukti ketika saya mempublikasi foto-foto liburan di sosial media, banyak yang menanyakan dimana letak kabupaten tersebut.
Setelah dua minggu yang lalu, saya berpetualang sendiri menuju kabupaten Tapanuli Selatan. Minggu ini, kabupaten PakPak Bharat yang mendapat giliran sentuhan pijakan kaki saya.
Petualangan yang dimulai sendirian bagi seorang perempuan memang memiliki tantangan dan saya memang menyukai itu. Minggu pagi, saya menghubungi seorang teman bernama Masdalyla Tinendung yang dikenal pada masa praktek lapangan zaman kuliahan dulu. Awalnya saya tidak teringat bahwa ia merupakan perempuan asli PakPak Bharat, saya mengira ia berasal dari Dairi.
Ketika ia mengatakan bahwa tinggal di PakPak Bharat, saya pun langsung mengatakan akan kesana di hari itu juga. Wah, asik nih menjelajah tempat baru, saya pun mulai browsing informasi mengenai wisata disana namun tidak banyak yang mendeskripsikan secara lengkap.
Setelah ngobrol via chat, saya langsung bersiap-siap karena menurut informasi dari teman saya tersebut bahwa jadwal keberangkatan mini bus yang langsung ke PakPak Bharat lebih tepatnya Simpang Pengkolan Sukaramai hanya pukul 14.00 wib sementara saya chat dengannya sekitar pukul 11.00 wib. Yeah, perjalanan ini memang tanpa perencanaan sebelumnya, terkesan dadakan tapi InsyaAllah akan sangat menyenangkan.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 wib, ayah mengantarkan saya menuju loket Datra ( Dairi Transport) yang berada di Jalan Jamin Ginting Medan, tidak jauh dari pusat perbelanjaan Carefour Padang Bulan.
Ketika sudah tiba di loket mini bus Datra, saya langsung menuju pusat informasi. Petugas langsung menelepon supir mengenai jadwal keberangkatan ke Salak yang merupakan ibukota kabupaten PakPak Bharat. Yah, meskipun perhentian saya tidak sampai di Salak namun tujuan tetap diarahkan ke Salak.
Ayah saya pun masih menunggu hingga saya benar-benar berangkat dari loket. Mini bus pun datang, senangnya ketika masih kosong. Saya pun bisa langsung memilih posisi duduk di bangku depan dekat supir dan pas sebelah pintu kiri. Namun kebahagiaan duduk di depan tidak bertahan lama padahal awalnya uda senang bisa memotret lebih mudah di sepanjang perjalanan (hiks hiks).
Ketika mini bus berhenti di loket pembantu yang tidak jauh dari loket utama. Saya diminta untuk turun pindah ke mini bus yang sudah penuh dan posisi duduk yang kosong di nomor tiga,syukurnya masih di sebelah pintu dan dekat jendela pastinya. Sejumlah uang Rp.55.000,- saya serahkan ke petugas di loket pembantu tersebut. Menurut teman saya,biayanya hanya Rp.50.000,- saja namun ini sedikit nambah,bisa jadi dikarenakan libur panjang akhir pekan.
Baca juga informasi wisata kota Medan, T-Garden Resort and Ranch
Perjalanan Medan-PakPak Bharat
Setelah duduk santai di mini bus Datra, saya mulai memperhatikan orang-orang yang berada satu perjalanan dengan saya. Ternyata tidak satu orang pun dikenal (hiks hiks) di dalam mini bus tersebut. Beberapa di antara mereka sepertinya saling mengenal,mereka mengobrol dengan akrab dan menggunakan bahasa daerah dari suku mereka ( saya mendengar seperti logat Karo).
Saya hanya mengingat kata "uweh" yang berulang kali terucap dari obrolan mereka. Saya pun semakin menyadari bahwa mempelajari bahasa daerah itu juga penting karena selama ini saya hanya belajar berbahasa asing saja. Saya pun teringat perjalanan ke Tapanuli Selatan yang lalu dimana meskipun saya bersuku mandailing namun juga tidak memahami obrolan teman-teman disana yang menggunakan bahasa mandailing sebagai bahasa sehari-hari dalam obrolan mereka.
Sepanjang perjalanan, saya masih menjadi pendengar budiman saja. Mulai dari bangku depan hingga paling belakang mengobrol satu sama lain dengan bahasa daerah. Saya pun masih sibuk dengan aneka pemikiran-pemikiran dalam benak saya. Saya juga memperhatikan ternyata di antara semua penumpang hanya saya seorang yang terlihat beragama islam. Hal itu tentu bukan menjadi masalah karena saya juga sudah teebiasa berteman dengan lintas agama.
Perjalanan ini terasa begitu mengasyikkan karena saya tidak mengenal siapa pun sebelumnya di dalam mini bus ini sehingga saya bisa bebas menikmati perjalanan. Namun rasa bosan muncul ketika terjadi kemacetan yang artinya saya harus sabar berhenti menikmati obrolan mesra saya bersama angin.
Petualangan yang dimulai sendirian bagi seorang perempuan memang memiliki tantangan dan saya memang menyukai itu. Minggu pagi, saya menghubungi seorang teman bernama Masdalyla Tinendung yang dikenal pada masa praktek lapangan zaman kuliahan dulu. Awalnya saya tidak teringat bahwa ia merupakan perempuan asli PakPak Bharat, saya mengira ia berasal dari Dairi.
Ketika ia mengatakan bahwa tinggal di PakPak Bharat, saya pun langsung mengatakan akan kesana di hari itu juga. Wah, asik nih menjelajah tempat baru, saya pun mulai browsing informasi mengenai wisata disana namun tidak banyak yang mendeskripsikan secara lengkap.
Setelah ngobrol via chat, saya langsung bersiap-siap karena menurut informasi dari teman saya tersebut bahwa jadwal keberangkatan mini bus yang langsung ke PakPak Bharat lebih tepatnya Simpang Pengkolan Sukaramai hanya pukul 14.00 wib sementara saya chat dengannya sekitar pukul 11.00 wib. Yeah, perjalanan ini memang tanpa perencanaan sebelumnya, terkesan dadakan tapi InsyaAllah akan sangat menyenangkan.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 wib, ayah mengantarkan saya menuju loket Datra ( Dairi Transport) yang berada di Jalan Jamin Ginting Medan, tidak jauh dari pusat perbelanjaan Carefour Padang Bulan.
Ketika sudah tiba di loket mini bus Datra, saya langsung menuju pusat informasi. Petugas langsung menelepon supir mengenai jadwal keberangkatan ke Salak yang merupakan ibukota kabupaten PakPak Bharat. Yah, meskipun perhentian saya tidak sampai di Salak namun tujuan tetap diarahkan ke Salak.
Ayah saya pun masih menunggu hingga saya benar-benar berangkat dari loket. Mini bus pun datang, senangnya ketika masih kosong. Saya pun bisa langsung memilih posisi duduk di bangku depan dekat supir dan pas sebelah pintu kiri. Namun kebahagiaan duduk di depan tidak bertahan lama padahal awalnya uda senang bisa memotret lebih mudah di sepanjang perjalanan (hiks hiks).
Ketika mini bus berhenti di loket pembantu yang tidak jauh dari loket utama. Saya diminta untuk turun pindah ke mini bus yang sudah penuh dan posisi duduk yang kosong di nomor tiga,syukurnya masih di sebelah pintu dan dekat jendela pastinya. Sejumlah uang Rp.55.000,- saya serahkan ke petugas di loket pembantu tersebut. Menurut teman saya,biayanya hanya Rp.50.000,- saja namun ini sedikit nambah,bisa jadi dikarenakan libur panjang akhir pekan.
Baca juga informasi wisata kota Medan, T-Garden Resort and Ranch
Perjalanan Medan-PakPak Bharat
Setelah duduk santai di mini bus Datra, saya mulai memperhatikan orang-orang yang berada satu perjalanan dengan saya. Ternyata tidak satu orang pun dikenal (hiks hiks) di dalam mini bus tersebut. Beberapa di antara mereka sepertinya saling mengenal,mereka mengobrol dengan akrab dan menggunakan bahasa daerah dari suku mereka ( saya mendengar seperti logat Karo).
Saya hanya mengingat kata "uweh" yang berulang kali terucap dari obrolan mereka. Saya pun semakin menyadari bahwa mempelajari bahasa daerah itu juga penting karena selama ini saya hanya belajar berbahasa asing saja. Saya pun teringat perjalanan ke Tapanuli Selatan yang lalu dimana meskipun saya bersuku mandailing namun juga tidak memahami obrolan teman-teman disana yang menggunakan bahasa mandailing sebagai bahasa sehari-hari dalam obrolan mereka.
Sepanjang perjalanan, saya masih menjadi pendengar budiman saja. Mulai dari bangku depan hingga paling belakang mengobrol satu sama lain dengan bahasa daerah. Saya pun masih sibuk dengan aneka pemikiran-pemikiran dalam benak saya. Saya juga memperhatikan ternyata di antara semua penumpang hanya saya seorang yang terlihat beragama islam. Hal itu tentu bukan menjadi masalah karena saya juga sudah teebiasa berteman dengan lintas agama.
Perjalanan ini terasa begitu mengasyikkan karena saya tidak mengenal siapa pun sebelumnya di dalam mini bus ini sehingga saya bisa bebas menikmati perjalanan. Namun rasa bosan muncul ketika terjadi kemacetan yang artinya saya harus sabar berhenti menikmati obrolan mesra saya bersama angin.
Kemacetan terjadi memakan waktu sekitar 30 menit. Para penumpang sudah mulai terlihat gelisah ditambah lagi hujan sehingga kemacetan semakin lambat untuk segera diselesaikan. Bersyukurnya saya duduk di sebelah pintu yang bisa langsung menghirup aroma hujan yang begitu menempel di kedua lubang hidung saya. Ah semakin mesra obrolan angin,saya dan hujan yang menyebarkan aromanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 wib, perut belum terisi dan artinya sudah mulai lapar. Mini bus berhenti di sebuah rumah makan di Merek. Saya pun langsung turun untuk mengabadikan moment suasana di sekitar. Mata saya langsung tertarik kepada gundukan besar berwarna hijau yang begitu memikat,indah sekali bukitnya.
Aneka wisata lainnya di PakPak Bharat bisa selengkapnya dibaca KESUNYIAN AIR TERJUN LAE MBILULU [WISATA PAKPAK BHARAT]
Saya mencicipi ayam goreng dan sayur labu yang digulai di rumah makan,hmm ternyata memang langganan untuk mini bus Datra ini berhenti di rumah makan yang diberi nama "Rumah Makan Rizky" tersebut. Seorang wanita berusia paruh baya datang menghampiri dan duduk di kursi yang bersebelahan dengan saya serta artinya kami berada di meja yang sama.
Ia memulai pembicaraan,menanyakan tentang tujuan saya dan lain sebagainya. Saya pun memberikan pertanyaan balik sebagai bukti saya juga peduli atas obrolan sore itu. Dalam perjalanan memang tetap harus berhati-hati dengan orang baru namun saya tidak langsung merasa takut ketika mengobrol,saya hanya memperhatikan terlebih dahulu dan kemudian melanjutkan perbincangan.
Perkenalan selama Perjalanan
Dalam setiap perjalanan yang sudah kesekian kalinya saya jalankan,saya pasti mengajak ataupun diajak untuk mengobrol. Namun dalam perjalanan kali ini ke PakPak Bharat, saya lebih banyak diam dan hanya bermain dengan si hitam mungil (read: mirrorless) yang selalu siap diajak bergerak menikmati pemandangan alam serta pepohonan hijau dan tentunya siap menyimpan banyak kenangan di dalamnya.
Seseorang mulai mengajak saya mengobrol di dalam mini bus ketika saya mengakhiri pembuatan video blog (vlog) di dalam mini bus tersebut. Ia yang duduk di belakang saya mulai menyapa. "Kakak ini yang suka jalan-jalan kayak di tivi ya?",tanya nya. Saya pun tersenyum dan menjawab seadanya. Ia menanyakan kemana tujuan saya dan apa yang hendak saya lakukan.
Ternyata ia sudah memperhatikan saya sejak memotret sepanjang jalan dan membuat video. Ia pun mengenalkan diri bahwa ia juga orang asli PakPak Bharat. Ia merekomendasikan beberapa tempat wisata di PakPak Bharat, dengan semangat menyebutkan beberapa nama apalagi ketika ia sudah tahu bahwa saya suka jalan-jalan. Finally, ia meminta alamat facebook saya dan langsung menambahkan pertemanan (tuh kan temen baru). Eh, dia cewek loh yah. Jangan mentang-mentang saya single dikira baper,hahaaa
Perjalanan sudah menghabiskan waktu selama 5 jam. Matahari sudah mulai bersembunyi dan menyisakan keindahan jingga namun perjalanan belum terhenti. Sepanjang jalan, saya melihat pepohonan hijau yang berdiri ramai-ramai. Mereka mulai berzikir menyambut malam dan sesekali memandangi saya sambil mengajak untuk ikut berzikir juga. Ah,indahnya menyambut malam yang ditutup dengan melihat jingga yang siap bersembunyi serta suara-suara hewan malam yang siap bersenang-senang menghadapi malam.
Sekitar pukul 19.00 wib, cewek yang saya kenal di mini bus tadi mengingatkan saya bahwa tempat tujuan sudah mulai dekat. Saya harus mengingatkan supir kembali agar tidak terlewat. Simpang Pengkolan Sukaramai, itulah nama lokasi yang saya tuju. Rumah teman berada di daerah tersebut. Ternyata rumah nya masih harus masuk ke dalam jalan yang berjarak sekitar 2 km dari simpang turun mini bus tsdi. Suara jangkrik mulai bersahut-sahutan. Sepanjang jalan hanya ada kegelapan dan udara dingin yang menusuk tubuh dengan mesra. Suasana sungguh hening, jarak rumah warga satu sama lain cukup jauh. Saya memperhatikan situasi jalanan,hanya ada pepohonan dan melihat ada sesuatu yang membentang luas namun gelap tak telihat,sepertinya pemandangan yang indah ketika dilihat di siang hari.
Kehangatan Keluarga
Ketika saya sudah tiba di rumah teman,sambutan keluarganya begitu hangat. Seluruh anggota keluarga sedang berkumpul dan duduk santai sambil mengobrol di ruang santai. Saya pun dipersilahkan untuk masuk dan duduk. Rasa lelah perjalanan pun terlewatkan ketika mengobrol bersama-sama serta dihidangkan minuman hangat (ah,pas sekali dengan udara yang super dingin). Keinginan untuk mandi sejak perjalanan tadi pun hilang karena memang tubuh mulai kaku menikmati sentuhan angin yang dingin.
Teman saya ini memiliki keluarga besar sehingga suasana rumah sungguh ramai. Adiknya juga sudah ada yang menikah dan memiliki anak. Rumah begitu menyenangkan dengan suara-suara candaan dan tangisan anak kecil. Ayahnya juga ramah dan menanyakan beberapa pertanyaan sehingga saya merasa seperti berada di keluarga sendiri padahal ini baru pertama kali mengunjungi tempat ini apalagi dadakan tanpa perencanaan. Perjalanan menjelajah tempat wisata di PakPak Bharat dimulai dari rumah ini. Petualangan ke PakPak Bharat memang hanya menghabiskan waktu dua hari. Perjalanan yang singkat namun sunggu sangst memikat. Hati dan pikiran terus ingin kembali. Cerita selengkapnya mengenai tempat wisata PakPak Bharat akan dilanjutkan disini.