Perjalanan singkat yang memikat di PakPak Bharat masih berlanjut. Ada banyak kenangan yang tak terlupakan dan tetap sehat di dalam ingatan. Hari kedua tiba di PakPak Bharat dihabiskan menuju air terjun. Air terjun yang dikenal dengan sebutan Air Terjun Lae Mbilulu. Siapa yang sudah pernah kesini?
Well, saya dan teman berangkat mengendarai mobil pribadi milik keluarga teman saya tersebut. Awalnya kami akan berangkat dengan mengendarai sepeda motor, hanya saja cuaca yang sedang tidak cerah alias hujan sedang turun pagi itu hingga pukul 09.00 wib. Hal yang tidak memungkinkan untuk pergi dengan sepeda motor karena kondisi jalan menuju lokasi yang dituju juga banyak tanjakan dan turunan sehingga cukup licin dan berbahaya juga untuk para perempuan mengendarai sepeda motor ke lokasi air terjun lae mbilulu tersebut saat hujan tiba.
Ayah teman saya mengizinkan untuk kami pergi mengendarai mobil dan dikemudikan oleh seorang laki-laki yang merupakan kerabat dari keluarga teman saya. Putra adalah nama lelaki yang akan menemani dan memandu perjalanan serta menjadi pengemudi kami menjelajah PakPak Bharat seharian ini.
Perjalanan menuju lokasi memang tidak biasa, pesona alam PakPak Bharat sungguh indah mencuci mata. Biasanya sehari-hari menikmati debu dan asap kendaraan di dalam kota Medan. Kini saya pun bersyukur masih bisa menghirup udara segar perbukitan dengan pepohonan hijau di sepanjang jalan serta saya juga bisa melihat persawahan dan perbukitan hijau yang asri.
Sepanjang perjalanan kami pun tertawa di dalam mobil, pengemudi kami juga cukup humoris untuk menghibur agar suasana tidak terlalu sunyi. Sekitar lima orang yang berada di mobil ini termasuk saya dan si Putra sebagai pengemudi. Masda yang merupakan teman saya mengajak temannya dan seorang adiknya sehingga perjalanan ini terdiri dari lima orang. Mereka mengobrol dengan menggunakan bahasa PakPak sementara saya duduk di depan sebelah Putra hanya menikmati udara alam gratisan yang sungguh menyejukkan sambil mengabadikan moment-moment indah selama perjalanan.
Alhamdulillah perjalanan ini sungguh asik, Putra selaku pengemudi juga pengertian untuk berhenti sesekali saat saya mulai menjepret kamera. ia memahamai bahwa saya mencari spot menarik untuk diabadikan dalam jepretan kamera. Obrolan kami pun semakin menarik karena mulai banyak membahas tempat wisata yang ada di Indonesia, khususnya Sumatera Utara.
Pengemudi Masa Kini
Yeaii,, saya senang melakukan perjalanan dengan orang-orang baru yang memiliki jiwa bahagia seperti saya. Pengemudi perjalanan ini juga anak muda yang bisa menyesuaikan dengan suasana hati para penumpangnya (haahah lebay). Sesekali ia melakukan manuver-manuver menarik yang membuat para penumpang menjerit dan tertawa. Beberapa jalur memiliki ciri khas tersendiri, kami merasakan seperti bermain wahana di jalanan. Adrenalin terpacu menikmati manuver-manuver yang dilakukan si Putra.
Jalur menuju air terjun ini juga memiliki banyak kelokan, si Putra mengatakan ini kelokan 999. Saya dan teman lainnya pun tertawa. Kelokan di PakPak Bharat melebihi ekstrimnya kelokan menuju Padang katanya. Ia juga cukup aktif menegur masyarakat sekitar dengan menggunakan bahasa daerah PakPak Bharat sehingga arahan perjalanan bisa diketahui dari masyarakat sekitar.
Baca juga [Pariwisata PakPak Bharat] Petualangan Singkat yang Memikat
Baca juga [Pariwisata PakPak Bharat] Petualangan Singkat yang Memikat
Kesunyian Air Terjun Lae Mbilulu
Setiap saya mengunjungi suatu tempat wisata pasti terdapat banyak sekali wisatawan baik domestik maupun internasional namun tidak saya rasakan di air terjun lae mbilulu ini. Kesunyian begitu terasa sejak si Putra menghentikan mobil. Saya hampir tidak menemukan seorang pun yang lainnya disini kecuali kami berlima.
Setelah satu jam perjalanan dari rumah teman saya yang berada di Simpang Pengkolan Sukaramai,kami pun tiba di lokasi. Putra menghentikan laju mobil dan memarkirkannya di sisi pinggir. Kami semua diperintahkannya untuk keluar dari mobil karena sudah sampai di lokasi tujuan. Saya hanya menemukan sebuah gapura yang sudah usang bertuliskan nama lokasi wisata air terjun lae mbilulu ini. Sungguh jauh sekali dari kata terawat,hiks hiks.
Kami perlu berjalan lagi menuruni tangga sekitar 300 meter ke bawah hingga menemukan air terjun. Suasana masih saja hening, suara candaan kami yang paling terdengar. Hingga hampir mendekati air terjun, saya menemukan beberapa orang pemuda yang sedang berfoto-foto di dekat air terjun.
Suara derasnya air terjun memecah keheningan, saya pun mulai mendekat untuk menikmati ciptaan Allah SWT ini. Allah Maha Besar, ciptaannya sungguh menakjubkan. Puji syukur terus rasanya masih bisa merasakan pemandangan yang indah begini.
Suasana yang tenang begitu menyenangkan, namun air yang mengalir tidak berwarna jernih sehingga tampilannya adalah berwarna coklat susu. Jalur menuju air terjun memang tidak terlalu rumit sehingga kamu pun bisa datang kesini.
Air terjun lae mbilulu ini sangat jauh dari perhatian pemerintah daerah. Tidak ada fasilitas apapun disini. Air terjun yang sudah secara alamiah ada dan diciptakan Tuhan tidak dimanfaatkan dengan baik. Seandainya saja dilakukan perawatan, tersedia fasilitas yang lengkap, publikasi yang tepat dan pemerintah mau peduli maka air terjun lae mbilulu akan dikunjungi oleh banyak wisatawan dan tentunya akan menambah pendapatan masyarakat setempat.
Awal pertama masuk menuju kesini juga tidak ada dikutip bayaran karena memang sangat sunyi. Saya sungguh bisa menikmati romantisme ajakan air yang ingin bersuka ria kepada saya, suaranya seperti nyanyian malam dalam ruangan gelap diiringi kepiawaian disc jockey yang siap mengajak berdansa. Ah, saya suka sekali suara air terjun apalagi hewan-hewan kecil di sekitar yang ikut memberikan back sound yang halus dan merdu. Daun-daun yang bergantungan pun mulai bersahutan menunjukkan keakraban mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Kami hanya menghabiskan waktu kurang lebih sejam disini. Saya mengabadikan moment disini bersama teman-teman dan tentu foto diri sendiri juga ada, Putra yang bertugas mengabadikan semua foto-foto diri saya karena teman yang lain juga sedang berfoto-foto.
Setelah sudah selesai segala aktivitas berfoto dan menikmati alam air terjun lae mbilulu ini. Kami pun segera beranjak dari situ karena masih ada tempat wisata PakPak Bharat lainnya yang akan dikunjungi. Perjalanan pulang, ada beberapa orang yang meminta bayaran setelah kami keluar dari air terjun, Putra memberikan sekitar Rp.10.000,- saja untuk biaya parkir mobil tadi. Perjalanan di PakPak Bharat belum selesai, masih banyak keseruan petualangan singkat yang memikat ini. Selengkapnya silahkan baca disini.
Kami perlu berjalan lagi menuruni tangga sekitar 300 meter ke bawah hingga menemukan air terjun. Suasana masih saja hening, suara candaan kami yang paling terdengar. Hingga hampir mendekati air terjun, saya menemukan beberapa orang pemuda yang sedang berfoto-foto di dekat air terjun.
Suara derasnya air terjun memecah keheningan, saya pun mulai mendekat untuk menikmati ciptaan Allah SWT ini. Allah Maha Besar, ciptaannya sungguh menakjubkan. Puji syukur terus rasanya masih bisa merasakan pemandangan yang indah begini.
Suasana yang tenang begitu menyenangkan, namun air yang mengalir tidak berwarna jernih sehingga tampilannya adalah berwarna coklat susu. Jalur menuju air terjun memang tidak terlalu rumit sehingga kamu pun bisa datang kesini.
Air terjun lae mbilulu ini sangat jauh dari perhatian pemerintah daerah. Tidak ada fasilitas apapun disini. Air terjun yang sudah secara alamiah ada dan diciptakan Tuhan tidak dimanfaatkan dengan baik. Seandainya saja dilakukan perawatan, tersedia fasilitas yang lengkap, publikasi yang tepat dan pemerintah mau peduli maka air terjun lae mbilulu akan dikunjungi oleh banyak wisatawan dan tentunya akan menambah pendapatan masyarakat setempat.
Awal pertama masuk menuju kesini juga tidak ada dikutip bayaran karena memang sangat sunyi. Saya sungguh bisa menikmati romantisme ajakan air yang ingin bersuka ria kepada saya, suaranya seperti nyanyian malam dalam ruangan gelap diiringi kepiawaian disc jockey yang siap mengajak berdansa. Ah, saya suka sekali suara air terjun apalagi hewan-hewan kecil di sekitar yang ikut memberikan back sound yang halus dan merdu. Daun-daun yang bergantungan pun mulai bersahutan menunjukkan keakraban mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Kami hanya menghabiskan waktu kurang lebih sejam disini. Saya mengabadikan moment disini bersama teman-teman dan tentu foto diri sendiri juga ada, Putra yang bertugas mengabadikan semua foto-foto diri saya karena teman yang lain juga sedang berfoto-foto.
Setelah sudah selesai segala aktivitas berfoto dan menikmati alam air terjun lae mbilulu ini. Kami pun segera beranjak dari situ karena masih ada tempat wisata PakPak Bharat lainnya yang akan dikunjungi. Perjalanan pulang, ada beberapa orang yang meminta bayaran setelah kami keluar dari air terjun, Putra memberikan sekitar Rp.10.000,- saja untuk biaya parkir mobil tadi. Perjalanan di PakPak Bharat belum selesai, masih banyak keseruan petualangan singkat yang memikat ini. Selengkapnya silahkan baca disini.
Photo taken by using: Mirrorless Canon EOS M10