Para pejuang impian mungkin banyak di dunia ini dan saya merupakan salah satu bagian dari mereka. Sejak kecil sudah membiasakan diri berani bermimpi meskipun bukan keturunan dari keluarga kaya raya yang memiliki segalanya. Menginjakkan kaki di Istanbul,Turki pun menjadi impian yang istimewa ketika sudah terwujud. Dahulu sekedar melihat dari televisi dan berharap bisa sampai juga di negeri para sultan ini. Ternyata akhirnya berkesempatan juga sampai di Istanbul Airport pada tanggal 28 Februari 2021 lalu.
Pengalaman Baru Menginjakkan kaki di Istanbul Airport
Setiap melakukan perjalan pertama kali selalu memiliki kesan tersendiri. Begitu juga saat saya menginjakkan kaki di Istanbul Airport (Istanbul Havalimani) pertama kalinya. Sujud syukur tak terhingga karena Allah SWT mengabulkan dengan cepat doa-doa yang sudah dipanjatkan selama ini. Negeri yang dipenuhi banyak masjid ini tentunya juga impian banyak orang. Beberapa teman langsung membalas setiap postingan yang saya buat di berbagai media sosial dan mereka pun minta ddidoakan agar bisa berkesempatan juga ke Turki suatu hari nanti. Selengkapnya tentang mimpi yang terwujud bisa dibaca juga di blog melalak cantik.
Finally, Cop Paspor di Imigrasi Benua Eropa
Turun pesawat sih tetap ada perasaan deg-degan karena khawatir donk jika visa dianggap tidak sah, PCR tidak berlaku karena sempat ada drama juga di bandara Soetta, Jakarta. Nanti saya ceritakan di artikel khusus deh tentang kejadian selama di Soetta dikarenakan berkas PCR. Kemudian,rasa khawatir juga karena berpergian sendirian dan dicurigai pekerja gelap atau mau kawin sama pria-pria tampan Turki (maunya sih beneran nikah segera sama abang Turki,esseehhh).
Saya pun mengikuti jalur antrian para traveler yang merupakan warga asing. Melihat antriannya sudah sangat panjang,beginilah Turki sudah buka border maka sudah pasti banyak yang datang untuk berbagai keperluan. Para petugasnya tidak semenyeramkan di imigrasi negara yang sebelumnya sudah pernah saya kunjungi. Bertanya juga jauh lebih sopan sehingga tetap nyaman dengan pelayanan yang mereka berikan kepada para pendatang yang sampai di negara mereka.
Petugas yang mengecek paspor saya hanya menanyakan lampiran visa dan PCR. Bukti tiket pulang mapun lainnya tidak ada ditanya,sedikit pertanyaan hanya berhubungan dengan apa yang mau dilakukan di Turki dan berapa lama. Hanya sekedar itu dan langsung diberikan cap paspor imigrasi negara Turki,yeay bahagianya bisa punya tanda baru dari negara impian.
Pencarian Bagasi Tak Kunjung Tiba
Saat tiba di bandara sudah memasuki waktu shalat zuhur,saya pun mencoba mencari mushola bandara. Tetapi saya pun tidak langsung shalat karena masih harus menunggu bagasi yang belum ditemukan. Berusaha mencari ke bagian kedatangan bagasi internasional dan melihat informasi yang tertera tentang nomor maskapai. Namun, ini tidak semudah biasanya menemukan bagasi milik saya. Saya dan beberapa penumpang pun mulai bingung karena hampir sejam,bagasi tidak kunjung tiba sementara waktu terus berjalan.
Well,meskipun saya tidak terburu-baru mau keluar bandara karena ada penerbangan lanjutan ke Nevsehir di sore hari tetap saja donk mau shalat zuhur dan makan siang. Mencoba bertanya ke beberapa petugas di bandara namun sayang disayangkan kebanyakan belum bisa berbahasa Inggris. Saya mencoba pakai gerakan tubuh juga untuk menjelaskan. Beberapa hanya menunjukkan arah namun tidak pasti jawaban yang diberikan kepada saya dan beberapa penumpang.
Sementara saya tidak terlalu terburu keluar bandara namun ternyata beberapa penumpang Indonesia yang menemui saya sudah tidak sabar karena penjemput mereka sudah menunggu di luar. Memang bingung pada saat itu karena begitu banyak petugas sulit memberi penjelasan yang jelas dikarenakan language barrier tersebut.
Hingga akhirnya,saya menemukan penumpang dari negara lain yang juga sudah menemukan bagasinya. Tetapi tetap saja milik saya tak kunjung keluar dari baggage conveyor. Duh, sudah terlalu lama nih,sedikit panik donk walaupun tidak ada barang terlalu berharga di koper tetapi semua pakaian yang mau dipakai disana loh..Well, saya pun menemukan pria dengan pakaian rapi berjas dan syukurlah ia menunjukkan beberapa koper yang sudah keluar terlebih dahulu dari baggage conveyor dan posisinya berada di baggage claim area paling ujung.
Shalat Zuhur di Cami Bandara
Mencari sebuah mushola juga bukan hal yang mudah di bandara Istanbul dikarenakan language barrier. Saya mencoba cari tahu letak mushola dengan cara bertanya ke beberapa pekerja disana. Berhubung pandemi memang tidak terlalu ramai petugaas yang berkeliling di arrival hall,hanya sekitar beberapa orang saja yang tampak berjalan. Saya pun coba bertanya dengan menggunakan bahasa Inggris namun sudah beberapa yang ditanya tidak memahami maksud perkataan saya.
Tetap berkeliling melihat setiap petunjuk arah yang ada sambil mencari tahu sign yang berbentuk mushola. Berhubung sudah terlalu lelah juga perjalanan cukup panjang ditambah menunggu koper yang lama baru dapat membuat mood tidak terlalu bagus. Energi seperti sudah terkuras lumayan banyak juga hanya untuk sebuah perjalanan dari Medan menuju Istanbul.
Finally, saya menemukan mushola ketika bertanya ke seorang perempuan yang bertugas membersihkan bandara. Menggunakan bahasa tubuh untuk menunjukkan keinginan butuh tempat ibadah. Ia pun langsung menyebut cami dan memberikan arah menuju kesana. Well, benar sekali bahasa Turki untuk masjid atau tempat mau shalat disebut cami. Saya pun segera menuju cami bandara,ternyata kosong tidak ada orang. Mungkin memang sudah shalat atau belum saja. Sempat bingung mencari sajadah ternyata berhubung pandemi gunakan model langsung buang. Saya pun memperhatikan ketika ada jamaah masuk dan mengoyak sejadah yang sepertinya terbuat dari bahan kertas sehingga mudah dilepas dari gulungan. Bayangkan ketika kawan-kawan mengoyak tisu gulung di toilet maka begitulah kira-kira sajadah tersebut.
Mencari Kartu Internet
Banyak traveler yang tidak mau beli kartu internet di negara yang dikunjungi namun saya sudah terbiasa untuk gunakan kartu baru. Hari pertama sampai pun langsung hunting kartu internet di counter yang tersedia. Sulit rasanya tidak memiliki kartu internet karena akan mengalami kesulitan juga untuk berkomunikasi dengan siapapun. Menurut informasi dari teman sih,coba beli saja Turkcell yang merupakan operator telepon seluler terkemuka di Turki.
Gunakan Turkcell untuk berinternetan memang sangat lancar,begitu pula dengan harganya,hahaha. Kuota internet dan telepon untuk sebulan sekitar hampir 300 ribu rupiah jika dikonversikan ke dalam rupiah,kira-kira ada 20GB kuota internetnya. Saya pun tidak mencari lagi ke tempat lain karena perjalanan masih mau dilanjutkan lagi ke Nevsehir makanya langsung ambil aja deh di bandara.
Selesai pencarian kartu internet,saya pun kembali memasuki departure hall menunggu penerbangan berikutnya. Duduk sebentar sambi membeli air mineral berukuran kecil seharga 10 ribu rupiah,biasanya kalo di Indonesia paling seribuan. Maklum saja sih berhubung di dalam bandara karena keesokan hari beli di luar cuma seharga seribuan kok.
Dalam satu hari saja,saya langsung merasakan suasana arrival dan departure hall bersamaan di Turki. Ketika check in counter sempat bingung juga karena baru pertama kali menginjakkan kaki di Istanbul Airport ini. Bertanya juga tentunya dengan berbagai petugas yang ada mengenai counter check in untuk Turkish Airlines. Sssst,nanti diceritakan juga ya pengalaman naik maskapai tersebut ke Nevsehir dari Istanbul.
Berhubung ini perjalanan dalam negeri maka tidak terlalu banyak proses pemeriksaan sebagaimana penerbangan luar negeri. Saya hanya menunjukkan tiket,paspor dan langsung bisa masuk menuju ruang tunggu. Mayoritas sudah pasti wajah-wajah tampan dan cantik khas Turki. Disini sudah mulai bisa mencuci mata donk. Ketampanan abang Turki memang enggak diragukan lagi,ini masih permulaan loh. Belum lagi melihat yang lebih banyak di luar bandara,hahahah (wajar wanita normal sih).
Setelah memasuki waiting room, saya pun nikmati duduk sambil mata mulai mengantuk. Tentu butuh kasur empuk karena sudah terlalu lelah di perjalanan. Berharap bisa segera sampai dan nikmati sajian makanan karena lapar nih. Hari mulai gelap karena penerbangan sekitar pukul 6 sore waktu Istanbul. Saat itu,mau buat story juga tapi sepertinya sudah malam di Indonesia. Eh,dasar naluri anak sosmed sih,tetep aja ngepost story saat berada di airport sebelum memasuki pesawat Turkish Airlines.
Well, cerita tentang pengalaman baru menginjakkan kaki di Istanbul Airport pertama kali sampai disini aja. Masih ada banyak cerita menarik lainnya tentang perjalanan di Turki. Sayang tidak dituangkan di dalam tulisan,harapannya semakin banyak yang membaca dan terinspirasi mau lakukan perjalanan kesana juga. Have a nice day,everyone. Tesekkurler ederim.
.